Sejarah Candi Sambisari

 

Candi Sambisari



Pada kesempatan ini saya akan membahas tentang Candi Sambasari, Candi Sambisari yang letak geografisnya dan tepatnya di Dusun Sambisari, Kelurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, 10 kilometer dari pusat kota Jogjakarta merupakan candi peninggalan agama Hindu.


Anda bisa menemukan candi ini hanya dengan melewati jalan Yogja – Solo karena letak candi tak jauh dari jalan tersebut. Para pengunjung jangan kaget jika menemui Candi Sambisari terlihat kecil karena Candi Sambisari memang letaknya 6,5 meter lebih rendah dari wilayah sekelilingnya. Konon pada tahun 812 – 838 M, Candi Sambisari dibangun. Serta diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan Rakai Garung. Kompleks candi ini memiliki 1 buah candi induk dan 3 buah
candi pendamping. Kaki alas pada bangunan candi induk digunakan sekaligus sebagi alas karena memang candi ini tidak mempunyai alas.


Oleh karena itu, para pengunjung sering kali mengatakan candi Sambisari mempunyai keunikan daripada candi yang lain. Sisi unik lain terdapat pada kaki candi. Kaki candi ini dibiarkan dalam keadaan polos, tetapi ada yang melihat seperti ada motif batik yang tersamarkan.Selain itu anda juga bisa menikmati keindahan Candi Sambisari yang mirip puzzle raksasa, dan berkat perjuangan para arkeolog akhirnya candi ini bisa disusun kembali.


Menurut beberapa ahli sejarah, Candi Sambisari dikategorikan dalam candi peninggalan umat Hindu yang berada di Jawa. Hal tersebut dapat disimpulkan dengan adanya bukti-bukti sejarah yang ditemukan oleh Dinas Purbakala. Candi ini diperkirakan mulai dibangun pada abad ke 9 sekitar tahun 812-838 Masehi oleh Raja Rakai Garung.

Raja Rakai Garung merupakan raja dari Kerajaan Mataram Kuno dari wangsa Sanjaya. Bangunan candi dibangun dengan menggunakan material batu padas. Jenis material yang sama untuk membangun Candi Plaosan, Candi Sojiwan, serta Candi Prambanan di abad ke 9.

Kompleks Candi Sambisari memiliki luas halaman sekitar 50 x 48 m dan dikelilingi oleh dua lapis pagar batu. Pagar batu pada sisi terluar memiliki ketinggian yang lebih rendah dari pada pagar batu sisi dalam yang mempunyai ketebalan sekitar 50 cm dan tinggi mencapai 2 m.

Candi Sambisari sendiri terdiri dalam satu candi utama serta tiga candi perwara atau candi pendamping. Candi utama pada kompleks Candi Sambisari berbentuk bujur sangkar dengan ukuran sekitar 13,65 x 13,65 m dan memiliki ketinggian sekitar 7,5 m.

Di bagian luar pagar utama kamu dapat menjumpai relung yang berisi patung Durga Mahisasuramardini pada bagian utara, patung Ganesha pada sebelah timur, patung Agastya pada bagian selatan. Serta di sebelah barat terdapat dua patung dewa penjaga pintu yaitu Mahakala dan Nandiswara.

Pada bagian candi utama kamu dapat menemukan arca lingga dan yoni dengan ukuran cukup besar. Kedua patung tersebut merupakan bentuk penghormatan umat Hindu kepada Dewa Shiwa. Lingga dan yoni juga dapat diartikan sebagai lambang kemakmuran dan kesuburan.

Penemuan dan Rekonstruksi Candi Sambisari



Penemuan candi ini pun terbilang cukup unik. Candi Sambisari ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang petani Desa Sambisari bernama Karyowinangun pada tahun 1966. Ketika itu beliau tengah menggarap sawah dengan cangkulnya. Beliau merasa bahwa cangkulnya mengenai benda keras seperti batu, ketika digali lebih dalam ternyata batu tersebut merupakan bongkahan dari sebuah candi.

Hal tersebut lalu dilaporkan kepada Dinas Purbakala setempat. Pada tahun itu juga tempat tersebut ditetapkan sebagai situs peninggalan bersejarah. Nama Sambisari sendiri diambil dari nama desa dimana candi ini ditemukan yaitu desa Sambisari.

Pada awal penemuan, seluruh bangunan candi terkubur oleh timbunan pasir dan batu. Kondisi seperti itu menjadikan proses pemugaran candi memakan waktu yang cukup lama. Timbunan pasir serta batu yang menutupi candi diperkirakan akibat dari lahar Gunung Merapi yang meletus dahsyat pada abad ke 11. Hal ini dapat disimpulkan dari banyaknya batu vulkanik yang berada di sekitar candi.