Candi Pawon
yang dipenuhi relief-relief yang bercerita kehidupan masyarakat di masa lampau.
Lokasi Candi Pawon berada tepat ditengah-tengah antara Candi Borobudur (1750 m) dan Candi Mendut (1150 m) dalam satu garis lurus. Nama Candi Pawon tidak bisa diketahui secara pasti asal-usulnya karena tidak ada prasasti atau catatan lain yang membahasnya. Seorang arkeolog berkebangsaan Belanda, J.G. de Casparis menghubungkan nama Pawon dengan ‘Dapur’ yang merujuk pada tempat perabuan. Pendapatnya didukung dengan temuan berupa lubang angin aneh di dinding candi.
Banyak para ahli yang percaya dahulu Candi Pawon digunakan sebagai tempat penyimpanan abu kremasi raja-raja dari Dinasti Syailendra pada sekitar abad ke-8 hingga abad ke-9 M. Berdasarkan temuan Prasasti Karangtengah didapatkan petunjuk bahwa ada kemungkinan candi ini dibangun untuk persembahan kepada Raja Indra (782-812 M), ayah dari Raja Samaratungga yang telah mencapai level kesucian Bodhisatwa.
Misteri dan Mitos yang Menyelimuti
Keterbatasan catatan tentang Candi Pawon membuatnya banyak diperdebatkan dikalangan para arkeolog. Gaya arsiterktur Candi Pawon tidak bisa disamakan dengan candi Buddha pada umumnya, bentuk bangunan yang ramping lebih mirip dengan candi Hindhu. Pertama kali ditemukan pada tahun 1900-an, Candi Pawon dipugar pertama kali pada 1903 hingga 1908. Material yang digunakan untuk membangun Candi Pawon berupa batuan vulkanik andhesit dari Gunung Merapi.
Hal paling unik dan terbilang Aneh pada Candi Pawon adalah keberadaan lubang angin atau ventilasi pada bagian dindingnya. Belum diketahui pasti fungsi dari lubang angin tersebut. Para ahli berpendapat keberadaan lubang angin pada Candi Pawon mengindikasikan adanya aktivitas pembakaran yang dilakukan di dalam candi, sehingga melatarbelakangi penamaan Candi Pawon.
Bagian dalam Candi Pawon
Terdapat sebuah bekas yang menunjukkan bawah dahulu terdapat sesuatu yang
ditaruh di dalam. Menurut prasasti Karangtengah di dalam Candi Pawon terdapat arca yang bersinar, sehingga para ahli menduga bekas tersebut adalah arca Bodhisatwva yang terbuat dari perunggu. Keberadaannya yang hilang dimungkinkan karena telah dicuri atau dihancurkan oleh kerajaan-kerajaan yang menaklukan Wangsa Syailendra.